Terbit! Buku Puisi: Cinta, Rindu & Orang-orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya


Puisi-puisi Nanang Suryadi ini bisa hadir membawa wajah Indonesia yang tidak dibungkus dengan kepalsuan dan tipu daya. (Asep Sambodja, Penyair, Dosen FIB UI)

Membaca dan memaknai puisi Nanang Suryadi yang sangat produktif dan kreatif memerlukan waktu dan bekal yang tak sedikit. (Cunong Nunuk Suraja, Dosen FKIP, Universitas Ibn Khaldun)
Pada dekade 2000-an, di mana Nanang Suryadi masuk di dalamnya, menunjukkan pergeseran wawasan estetik yang ditandai oleh berubahnya struktur larik dan bait... Puisi-puisi yang terangkum dalam buku ini, ternyata sebagai perpanjangan tangan konsepsi estetis perpuisian Indonesia. (Dimas Arika Mihardja, Penyair, Dosen FKIP Universitas Jambi)

Bagi saya, N.S. adalah sosok yang sangat merdeka dan memerdekakan karyanya dari segala pemahaman, teori dan methodologi apapun. Dibutuhkan energi ekstra untuk menikmati buku ini karena muatan puisinya yang demikian banyak. “Banyak” di sini adalah mencakup berbagai tematika, nuansa, warna, gaya dan bahkan keanekaragaman psiko-emosi N.S. (Wilu Ningrat, Penikmat Sastra dari Tegal, teman facebook Nanang Suryadi)

Nanang melakukan resistensi terhadap homogenitas wacana dengan cara mengeksplorasi heterogenitas pandangan dan pengalaman mulai dari sosial politik, budaya, dan ekonomi hingga hal-hal “individual” yang berkaitan dengan spritualitas, cinta dan eksistensi. (Yusri Fajar, Penyair, Dosen FIB Universitas Brawijaya)

Saya selalu merasa lebih sering mengenal lebih dekat puisinya ketimbang penyairnya. Dari sekian nama penyair yang berderet di kepala, kawan Nanang Suryadi inilah salah satunya. (Zabidi Zay Lawanglangit, Pekerja kreatif di industri jasa komunikasi)

Membaca puisi koleksi Nanang Suryadi sungguh mengasyikkan. Bicaranya merentasi pelbagai daerah kemanusiaan. (Ramli Abdul Rahim, Penyair Malaysia)

Puisi-puisi Sdr. Nanang Suryadi membuat pembacanya larut di dalam puisi-puisinya itu, bagai masuk ke dalam lubang kecil di bawah tempat tidur kita masing-masing, yang ternyata di dalam lubang itu ada alam lain yang imajinatif dan membuat kita kerasan berkelana (dalam puisi-puisinya). (M Alfan Alfian, Dosen Jurusan Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Nasional, Jakarta)

Seperti udara bebas beredar merdeka. Seperti air mengalir dari kali ke muara hingga laut bebas lepas. Mendasar. Mendalam. Meluas. Meninggi. Selagi mengingat keluhur-agungan Ilahi ataupun selagi merindukan sang kekasih. ..... merupakan salah satu buku yang layak simak, memikat lagi menyenangkan, maka selayaknya disambut gembira pula telah memperkaya kepustakaan sastra Indonesia sekaligus dunia. (Abdul Kohar Ibrahim, Seniman lukis dan Penyair , tinggal di Brussel Belgia)

Puisi-puisi Nanang Suryadi adalah pijar-pijar estetika katarsis dan representasi arti hidup dan zaman yang lahir dari beragam interaksi dan persinggungan. Koridor pergulatan dan pemaknaan hidup di era globalisasi yang melahirkan puisi-puisi bercorak eksistensialisme. (Gendhot Wukir, Seniman lereng Gunung Merapi)

Narasi yang berpotensi dramatik juga mengelana pada tataran kesadaran wadah yang telah mapan. ia tidak memberontak tetapi juga bukan apatis (Ben Abel, Penyaid & Pustakawan di Cornell University)

Puisinya halus, indah, mencekam lubuk nurani saya terutama puisi yang bicara tentang mazhab cinta dan keluasan spiritualisme. Sebagai penyair dan penyair sajalah Nanang Suryadi berdiri mempertahankan makam Cintanya. (DATO' DR. AHMAD KAMAL ABDULLAH – KEMALA, Penyair Malaysia, Dosen FBMK - Universiti Putra Malaysia)

Popular posts from this blog

Kemarau

INTERAKSI SAJAK (3)